Selasa, 12 Mei 2009

Demokrasi tersandera pemilu 2009

kondisi politik 2009 sangat runyam, penyederhanaan parpol menjadi seperti buah simalakama. Di satu sisi dibutuhkan untuk mengefektifkan pemerintahan. Namun di sisi lain memberi peluang kepada parpol besar untuk lebih memaksakan kehendaknya, bahkan menyandera demokrasi. Penyederhanaan itu mempersempit peluang rakyat untuk memilih partai yang lebih baik.

Bahkan, gagasan penyederhanaan parpol itu diyakini tidak banyak berarti bagi rakyat. Sebab, pemerintahan yang kelak terbentuk mungkin memang akan lebih stabil, namun hanya akan melayani kepentingan kelompoknya sendiri.

Untuk mencegah dampak negatif itu, penyederhanaan ini harus disertai dengan upaya pendewasaan parpol. Misalnya, dengan membuat aturan yang menuntut dibukanya keuangan parpol dan sanksi yang tegas bagi parpol yang melakukan penyimpangan kekuasaan.

Berbagai elemen masyarakat sipil juga harus lebih aktif melakukan pemberdayaan masyarakat sipil. Sebab, masyarakat yang cerdas dan sadar politik akan memancing parpol untuk terus memperbaiki diri agar tidak ditinggalkan pendukungnya.

Namun di atas semuanya, rakyat sebenarnya juga cerdas menilai keadaan yang terjadi. Buktinya, pada Pemilu 1999 Golkar hanya mendapat 22,44 persen suara, atau kurang dari sepertiga suaranya pada Pemilu 1997 yang mencapai 74,51 persen. Suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Pemilu 2004 juga hanya 18,53 persen. Padahal, pada Pemilu 1999 partai ini meraih 33,74 persen. Jadi, berhati-hatilah....